Lihat tanggal sudah memasuki bulan Agustus jadi teringat
masa satu tahun yang lalu. Yak tepatnya tanggal 25 Agustus 2014. Saya pergi ke
rumah sakit untuk pemeriksaan tulang. Saya pergi kesana karena tulang belikat
saya yang menonjol. Saya tidak tahu kenapa. Tadinya mau diurut saja diluruskan.
Tapi ingat pesan guru saya, jika masalah tulang bawa kepada ahlinya, bawa ke
dokter. Akhirnya sore itu saya pergi ke dokter. Cuaca sepertinya tidak
bersahabat. Hujan turun dengan manjanya ke bumi. Akhirnya sampai juga di Rumah
sakit Halmahera Siaga. Setelah mendaftar, saya menunggu panggilan. Saat itu
pasien yang datang tak cukup banyak jadi tak perlu menunggu terlalu lama.
Setelah saya menceritakan keluhan saya, sang dokter menyuruh saya untuk ruku.
Alias merunduk 90˚ dan saat itu pula dokter sudah mengetahui bahwa saya menderita
skoliosis. Saya disuruh ke ruangan radiologi untuk mendapatkan hasil X-ray.
Setelah tubuh saya di rontgen, akhirnya hasil keluar.
![]() |
Hasil X-ray yang membuat mata saya terbelalak kaget lihat tulang saya yang ternyata tidak normal |
Saya sungguh tidak mengerti maksud hasilnya apa. Bahasa
ilmiah kedokteran mungkin ya. Yang saya pahami adalah saya termasuk golongan
penderita Scoliosis vert Thoracolumbalis. Tampak scoliosis vert thoracalis(bag
atas) dgn sudut 20˚ dan pada avert Lumbalis(bag bawah) dg sudut 30˚. Begitulah
kira-kira yang saya ketahui. Skoliosis yang saya alami termasuk kategori
sedang. Karena sudutnya kurang dari 30* an lah hehehe. Tapi tetep aja termasuk
parah. Menurut dokter saya terlambat karena usia saya yang hampir 18 tahun dan
sudah sulit untuk bertumbuh. Akhirnya saya disarankan untuk pergi ke dokter
Yusuf di apotek Santi, jalan merdeka Bandung. Dr.Yusuf adalah ahli orthopedi
juga. Akhirnya saya kesana. Namun dr.Yusuf sedang tidak ada. Setelah saya
telpon, dia rupanya sedang makan (cenah).
Bentar lagi OTW tapi hampir dua jam nunggu kok lama bener si dokter datangnya.
Kesel pisan.Baca majalah yang ada
disana juga udah selesai semua. Pasien dokter Yusuf satu persatu tumbang. Saya
lihat keluhannya sama seperti saya. skoliosis. Saya berjanji pada diri saya
kalau sudah jam 8 malam saya akan pulang. Ternyata saat saya akan pulang dan
sudah beranjak menuruni tangga, seorang suster memanggil saya bahwa pak Yusuf
sudah datang. Kampret. Pgn nabok dasar. (wkwk ampun pak._.) Yang asalnya saya
pasien terakhir yg antri, saya jadi orang pertama yang konsultasi duluan haha.
Setelah melihat hasil x-ray saya, pak yusuf merenung
sebentar sambil memandangi hasil rontgen saya. beliau bergumam cukup parah.
Akhirnya dirinya membuka pembicaraan dan mengeluarkan gadget miliknya. Dirinya
menjelaskan dengan begitu antusias tapi tetap saja belum mengobati rasa kesal
saya dianggurin berjamjam.
Jadi yang saya tangkap dari pembicaraannya, saya disarankan
menggunakan brace. Semacam alat untuk membantu meluruskan tulang. Pemakaiannya
seharian penuh. Semakin terus dipake semakin cepat pemulihannya. Selain itu
juga tiap beberapa bulan sekali wajib kontrol untuk mengganti brace jika sudah
ada perubahan. Pake brace hanya bisa membantu agar kurva lengkungan tidak
semakin parah, dan sedikit demi sedikit bisa mengurangi lengkungan. Menurutnya.
![]() |
Brace supaya menjaga agar kurva tidak bertambah mungkin bisa berkurang |
Tapi bagi saya yang sudah sulit untuk bertumbuh kemungkinan
sembuhnya 50:50. Hati saya menciut. Tapi ada juga yang sudah usia 23 tapi bisa
lurus tulangnya. Hati saya mengembang seperti ada secercah harapan menyinari. Saya
ngangguk-ngangguk aja kemudian hati saya tbtb menciut lagi, tercengang mendengar
biaya yang harus dipenuhi berkisar 10
jute men. wew. Terdiri dari tiga paket dan yang komplit ya 10 jute. Itu
termasuk ngumpul bareng para scolioser (sebutan untuk penderita skoliosis).
Karena saya ga bawa duit, yaudah saya mah
nanya-nanya aja.
Skoliosis ini adalah salah satu kelainan tulang belakang
yang melengkung membentuk huruf S atau C.
Saya ingat waktu saya belajar biologi dulu soal kelainan tulang di SD
dan SMP. Dan menurut saya kayaknya ga mungkin ada penyakit tulang melengkung
kaya gitu mana bisa. eh taunya saya sendiri yang kena skoliosis. Hidup bersama
skoliosis. Hadeuh. Kelainan ini udah keliatan dari 5 tahun kebelakang sebelum
skoliosis makin parah. Pertamanya saya menyadari tulang saya aneh waktu
pelajaran olahraga di SMP. Kok tulang lumbalis saya (5 ruas tulang belakang di
bawah) ga lurus malah bengkok dan terasa keluar lintasan(?). Kemudian saya
menyadari ada yang tidak beres pada tulang saya waktu menginjak kelas 10 SMA.
Kok pundak saya naik sebelah. Padahal saya berdiri tegak menurut saya. tiap
kali foto resmi pasti yang motoin saya nyuruh supaya ga miring alias lurus.
Saya heran. Dan barulah kelas tiga SMA sangat jelas tulang belikat saya bagian
kanan menonjol tapi tidak dengan bagian kiri. Akhirnya saya baru ngeh setelah diperiksa. Saya skoliosis.
Ciri-ciri penderita skoliosis mirip dengan yang saya
ceritakan diatas:
1.
Pundak dan pinggul lebih tinggi sebelah
2.
Tulang belikat lebih menonjol
3.
Payudara lebih besar sebelah
4.
Sesak nafas dan berdebar-debar akibat
menyempitnya rongga rusuk di dada
5.
Mudah lelah dan pegal saat/sudah beraktifitas
6.
Dan mudah Sakit kepala
Menurut dokter Yusuf, skoliosis memang kebanyakan terjadi
pada wanita. Kurang lebih 400 orang pasiennya hanya 20 orang pria yang ia
tangani sebagai penderita skoliosis.
Skoliosis ini bisa terjadi akibat kebiasaan. Yak kebiasaan
waktu duduk misalnya. Atau membawa beban terlalu berat bisa menjadi salah satu
penyebabnya. Bisa juga karena genetika. Tapi saya skoliosis bukan karena faktor
keturunan. Jadi sudah pasti karena KEBIASAAN. Jika skoliosis sudah sangat parah
lebih dari 40 derajat biasanya harus operasi jadi nanti punggungnya dibongkar
terus dimasukin semacam pen atau alat pelurus biar tulangnya lurus. Serem kan? Belum
lagi banyak banget larangannya kalau udah operasi kayak gitu. Dan tentunya
harganya bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta. Kalau berhasil syukur, tapi
kalau gagal. Entahlah.
Walaupun dianjurkan menggunakan brace, tapi baru mendengar
harganya saja sudah membuat saya sulit menelan ludah. Apalagi harus operasi itu
menakutkan. Saya lebih pilih cara yang aman saja. Yak dengan mengubah
kebiasaan. Duduk usahakan tegak dilurus-luruskan walau entah lurus apa engga
pokoknya berusaha melawan arah tulang(?). Tidak membawa buku banyak-banyak
kesekolah. Ala kadarnya saja haha. Posisi tidur juga bisa menjadi salah satu
penyebab skoliosis akhirnya saya tidur telentang teroos demi terciptanya
ketidakparahan tulang saya huhu.
Selain mengubah kebiasaan, diharuskan juga untuk
memperbanyak olahraga renang, dan gelantungan. Itu lebih ekeftif. Olahraga
pilates dan yoga khusus penderita skoliosis juga disarankan untuk lebih cepat
penyembuhannya. Walaupun dirasa sulit dan sangat jarang bisa sembuh. Tapi saya
lakukan.
Saya takut jika tulang saya bengkok, apakah mungkin proses
pembuatan sel darah dalam tulang terganggu? si dokter berkata Tidak. hanya saja
yang ditakutkan jika suatu saat hamil bisa mengganggu janin. Atuhlah sieun :-( semoga ga terjadi.
Terus jika skoliosis makin parah bisa mengganggu aktifitas organ di dalam
tubuh. Dan ujungnya kematian. Saya terpaku membisu takut hal buruk seperti itu
terjadi. Ternyata skoliosis bisa lebih parah dari yang dibayangkan.
Saya pulang dengan gontai dan putus asa masih teringat jelas
kata-kata yang menusuk pikiran dan perasaan saya. saya menangis sepanjang
jalan. Pulang kerumah, saya ngaca. Emang bener tubuh saya gak normal. Ga lurus.
Meliuk-liuk membentuk huruf S. Seli seli.
Tapi mungkin inilah ujian dari Tuhan, saya diberi skoliosis
karena saya kuat. Saya bisa menanganinya. Setahun sudah berlalu, tapi saya
tetap hidup tanpa bantuan brace maupun operasi, dengan melakukan hal yang
disarankan dokter sudah cukup bagi saya. Alhasil pundak saya sudah tidak
terlihat begitu berbeda jauh miringnya. Tapi entahlah kurva lengkungan malah
makin parah apa engga. Kecurigaan saya selama ini ternyata terjawab, tinggi
badan saya menurun mungkin karena kelengkungan tulang. Ampun dah. Untungnya tak
pernah ada teman yang curiga karena kelainan yang saya sembunyikan ini. Menyandang
Skoliosis tidak pernah mematahkan semangat saya, walau cita-cita menjadi
pramugari kandas di awal jalan.
Namun apapun itu, ini sudah rencana dari-Nya. Sudah tertulis
di alam sana. Mungkin inilah yang membuat sadar, bahwa saya harus selalu
bersyukur. Bahwa tak ada manusia yang sempurna. Berbanggalah kita para
scolioser karena kita orang pilihan Tuhan (yeay :-D). Seorang scolioser yang
lebih dari 60 tahun dan sekarang menjadi profesor kimia ITB Bandung, Profesor
Susanto Imam Rahayu berkata “Galilah potensi Anda dan tonjolkan potensi
itu agar Anda bisa melupakan bahwa diri Anda menderita skoliosis” kata-kata itu membuat saya tersentuh
dan bangkit dari kelengkungan(?). Tapi pertanyaan yang muncul di benak saya
adalah potensi apa yang saya miliki?
Comments
Post a Comment